Banyak orangtua ingin
anaknya cepat pandai membaca, menulis, dan berhitung atau dikenal dengan
singkatan calistung. Akhirnya, mereka pun diajarkan calistung sedini mungkin,
melalui kelompok PAUD (pendidikan anak usia dini) dan Taman Kanak-kanak (TK).
Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Ahmad Suryawan menegaskan, anak-anak
yang mengikuti PAUD dan TK seharusnya tidak diajarkan calistung.
“Calistung boleh dikenalkan, tapi tidak perlu,” kata dokter anak
yang akrab disapa Wawan dalam acara peluncuran Morinaga Platinum Moricare+
Prodiges di Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Wawan mengatakan, anak diajarkan calistung sebaiknya saat duduk
di Sekolah Dasar (SD). Memang ada anak yang mulai bisa calistung pada usia dini.
Tapi, jika anak belum bisa calistung sebelum memasuki SD pun orangtua tidak
perlu khawatir.
Namun, menurut Wawan, orangtua tak sepenuhnya salah jika
menginginkan anaknya cepat diajarkan calistung. Sebab, sejumlah SD masih
menerapkan tes calistung kepada anak untuk bisa masuk di sekolah tersebut.
“Harus ada ketegasan, tidak boleh ada ujian atau syarat
calistung untuk masuk SD. Itu sudah dilarang,” kata Wawan.
Akibatnya, mau tidak mau anak dipaksa belajar calistung pada
usia yang tidak seharusnya. Hal ini tidak baik untuk perkembangan otak anak.
“Anak bisa melakukan kegiatan itu, tapi tidak mempunyai pengertian
runutan-runutan. Contohnya sembilan tambah lima sama dengan 14 dia tahu. Tapi,
ketika dikasih soal lain dia enggak bisa,” jelas Wawan.
Psikolog Rose Mini A Prianto mengatakan, mengenalkan calistung
seharusnya sesuai usia anak. “Misalnya, tanya ke anak, orang yang duduk di situ
lebih banyak atau sedikit, itu calistung. Benda ini lebih besar atau kecil, itu
calistung. Jadi bukan dipaksa diajarkan dua tambah dua sama dengan,” jelas
psikolog yang akrab disapa Romi.
Penulis
: Dian Maharani
Editor
: Lusia Kus Anna
http://health.kompas.com/read/2015/11/19/174456723/Belum.Saatnya.Anak.PAUD.dan.TK.Diajarkan.Calistung